Senin, 23 Maret 2015

Apakah tugas Akolit (Misdinar)?


Akolit merupakan panggilan pelayanan. Namun pertama-tama harus disadari bahwa akolit merupakan anggota umat beriman. Dalam persekutuan liturgis tersebut ia merupakan bagian dari umat Allah. Ia harus hadir sebagai umat dengan tujuan utama merayakan peristiwa keselamatan dalam liturgi.  Bersama dengan umat Allah, seorang akolit dipanggil untuk melaksanakan tugas pelayanan khusus yakni mendampingi pemimpin perayaan pada saat-saat tertentu demi memperlancar tugas pemimpin. Dengan demikian secara tidak langsung akolit melayani juga umat yang datang untuk merayakan liturgi di bawah pimpinan selebran utama. Seluruh pelayanan akolit harus menjadi doa, bukan semata-mata satu pelayanan teknis.
Dalam liturgi Gereja, kita mengenal macam-macam pelayan khusus. Ada pelayan yang menjalankan tugasnya berdasarkan tahbisan seperti diakon, imam, uskup, paus. Tetapi  ada juga pelayan tak tertahbis. Pelayan tak tertahbis mengemban tugas khusus berdasarkan imamat rajawi yang mereka terima pada saat pembaptisan. Pelayan tak tertahbis itu antara lain pemimpin koor, pembawa bahan persembahan, akolit, dan lektor.
Inti dari seluruh perayaan liturgi adalah menghadirkan misteri keselamatan. Seluruh umat Allah merayakan misteri keselamatan. Dalam perayaan tersebut, semua tugas pelayanan membantu mengarahkan perhatian umat kepada inti misteri keselamatan. Dengan pelayanan para akolit serta pelayan liturgi lainnya, diharapkan umat menghayati atau mengalami inti misteri yang dirayakan. Pusat perhatian harus diberikan kepada inti misteri. Hendaknya akolit menarik perhatian umat kepada inti misteri bukan kepada dirinya sendiri. Ia mesti berusaha agar umat dapat lebih bersatu dengan inti misteri yang sedang dirayakan. Oleh karena itu seluruh sikap atau gerak-gerik dan perhatian dari akolit harus diarahkan atau dipusatkan kepada inti misteri itu. Seperti semua pelayan liturgi lain, seorang akolit harus ikhlas, jujur, wajar. Ia harus mampu mengungkapkan misteri Allah dengan anugerah-Nya dan keterbukaan manusia terhadap misteri itu. Penampilan yang jujur dan ikhlas perlu sekali. Ia harus memelihara dan menjaga seluruh gestikulasi yang berhubungan erat dengan mata, wajah, tangan, kaki. Dengan kata lain ia harus memelihara disiplin tubuhnya dan tentu saja disiplin hati. Tubuh dan hati yang punya disiplin akan jauh lebih mudah mengarah kepada sumber keutuhan dan disiplin itu sendiri yaitu Tuhan. Dengan cara itu ia menarik perhatian umat kepada inti misteri perayaan, kepada Tuhan dan karya-karya-Nya yang agung.
Berdasarkan pemahaman ini, dapat dilihat bahwa pelayanan seorang akolit memiliki tiga dimensi. Pertama, dengan pelayanannya seorang akolit membantu menghadirkan misteri keselamatan yang datang dari Allah. Di sini seorang akolit melayani Allah. Kedua, seorang akolit pun melayani umat dalam arti membantu mengarahkan perhatian umat kepada inti misteri keselamatan. Ketiga, secara teknis seorang akolit melayani imam atau diakon, yang bersama-sama bertugas untuk melayani Allah dan umat Allah.

Pelaksanaan Tugas Akolit

Peran akolit yang mendapat perhatian kita di sini adalah fungsi teknisnya untuk membantu imam ataupun diakon. Walaupun dikatakan bahwa ini fungsi teknis, pelaksanaan fungsi inilah yang merangkum ketiga dimensi dari fungsi seorang akolit. Melalui pelayanannya kepada imam atau diakon, seorang akolit melayani kehadiran Allah dan juga melayani umat dalam memberikan tanggapan terhadap sapaan Allah. Dengan menjalankan sebaik-baiknya tugas pelayanan yang sifatnya teknis itu, ia mengarahkan seluruh perhatian kepada inti misteri yang dirayakan.  Seluruh sikap gerak geriknya mesti mengarah pada inti misteri dan menarik perhatian umat ke sana. Fungsi akolit tak terlaksana bila dengan gerak geriknya ia menarik perhatian umat kepada dirinya atau kepada hal lain.  Dalam hal ini akolit harus memiliki disiplin diri: disiplin hati dan budi, disiplin gerak, disiplin mata.
Akolit sesuai dengan fungsinya selalu bersama pemimpin liturgi. Ia melayani pemimpin liturgi mulai dari sakristi hingga kembali ke sakristi. Ia melayani pemimpin upacara supaya pemimpin liturgi itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan lancar.
Berikut ini diuraikan tugas-tugas akolit menurut tahap-tahap perayaan liturgi khususnya Ekaristi. Agar memudahkannya, tahapan ini dibedakan ke dalam Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung, Komuni, dan Ritus Penutup.

Doa Tahun Hidup Bakti 2015

 
ALLAH Bapa kami,
syukur dan terima kasih kami haturkan kepada-Mu
karena Engkau memanggil di antara kami,
pribadi-pribadi untuk secara khusus
mengikuti dan melayani Putera-Mu
sebagai suster, bruder, imam, perawan hidup bakti,
rahib, dan anggota Serikat Sekulir.
Pada tahun Hidup Bakti 2015 ini kami mohon,
perbarui dan kuatkanlah cinta mereka akan Dikau,
dan kirimlah Roh Kudus guna menolong mereka
agar dengan sepenuh hati
menanggapi kehendak dan tuntunan-Mu.
Semoga mereka
makin menjadi saksi nyata kehadiran kerajaan-Mu
di tengah masyarakat dunia masa kini
melalui ucapan dan tindakan kenabian
karena kesatuan rohani mereka dengan-Mu
dalam hidup doa yang tekun dan mendalam.
Semoga dengan menjalani panggilan suci itu
mereka boleh mengalami kegembiraan sejati
yang juga bisa membuahkan daya tarik
bagi benih-benih panggilan di antara anak-anak,
para remaja dan orang muda dalam keluarga kami.
Kami haturkan permohonan dan harapan kami ini,
melalui Jesus Kristus Tuhan kami,
yang hidup dan meraja
bersama Dikau dan Roh Kudus,
Allah sepanjang segala abad.
Amin.

Minggu, 14 September 2014

SEJARAH PESTA SALIB SUCI

Dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik setiap tanggal 14 September dirayakan Pesta Salib Suci. Pesta Salib Suci (In Exaltatione Sanctae Crucis), sesuai namanya, termasuk kategori pesta (festum),  wajib dirayakan oleh seluruh Gereja Katolik.

Pada awalnya Pesta Salib Suci dimaksudkan untuk memperingati penemuan salib Yesus oleh Santa Helena, ibu Kaisar Romawai Konstantinus pada tanggal 18 Agustus 320. Dikisahkan pada awalnya para penggali menemukan tiga salib, tetapi mereka tak bisa menentukan yang mana salib Yesus dan yang mana salib kedua penjahat yang disalibkan bersama dia. Akhirnya mereka mendapat ide yang cemerlang. Mereka membawa seorang wanita yang sakit dan satu mayat yang sudah akan dikuburkan. Ketiga salib tersebut diletakkan di atas wanita yang sakit dan mayat tersebut. Dua salib yang pertama tidak memiliki kekuatan apa-apa. Sementara ketika salib yang ketiga ditempatkan di atas wanita yang sakit tersebut, wanita itu segera sembuh. Dan ketika salib itu ditempatkan di atas mayat tersebut, ia memiliki hidup kembali. Dari dua kejadian luar biasa ini maka mereka dengan segera mengetahui salib yang mana yang suci. Berita langsung tersebar luas. Orang-orang datang menghormati salib suci tersebut.

Sejarah mencatat bahwa setelah penemuan salib Yesus itu oleh Santa Helena, sebuah basilika didirikan oleh Kaisar Konstantinus di atas Makan Kudus Yesus di Yerusalem. Dan kemudian basilika itu ditahbiskan pada tanggal 14 September 335 dengan sangat meriah dan khidmat. Pentahbisan tersebut dirayakan oleh para uskup yang baru selesai mengikuti Konsili Tirus, ditambah dengan sejumlah besar uskup yang lain. Satu hari setelah penahbisan basilika tersebut, kayu Salib Suci diperlihatkan kepada umat di Yerusalem. Kemudian salib itu dibagi-bagi menjadi potongan-potongan kecil untuk disimpan dalam batu altar gedung-gedung gereja di seluruh dunia sebagai relikui. Sejak saat itulah perayaan Salib Suci sudah menjadi kegiatan rutin di Gereja Timur. Tradisi ini terus berlanjut dan setiap tahun selalu dirayakan di Yerusalem. Ternyata perayaan ini menarik sejumlah besar biarawan dari Mesopotamia, Siria, Mesir dan dari provinsi-provinsi Romawi lainnya untuk datang ke Yerusalem. Tidak kurang dari 40 uskup rela menempuh perjalanan jauh dari keuskupan mereka untuk menghadiri perayaan ini. Di Yerusalem pesta ini berlangsung selama 8 hari berturut-turut dan, pada masa itu, pesta ini menjadi suatu perayaan yang hampir sama pentingnya dengan Paskah dan Epifani (Penampakan Tuhan). Pesta ini kemudian menyebar ke luar Yerusalem, mulai dari Konstantinopel (sekarang Istambul) hingga Roma pada akhir abad VII, dan akhirnya perayaan ini kemudian menjadi bagian dari liturgi Gereja Barat pada abad ketujuh, yang dikenal dengan Pesta Salib Suci.

Jumat, 20 Desember 2013

PESAN NATAL 2013 DAN TAHUN BARU 2014




Saudari dan saudaraku yang terkasih,
Selamat Hari Raya Natal!

Pada perayaan Natal kita peringati kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Penyelamat dunia. Peristiwa Natal Kristus dilukiskan dengan gambaran sederhana. Ketika Yusuf dan Maria sampai di kota Daud, yang bernama Betlehem,  tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. (Luk. 2: 6-7) Kita bersyukur kepada Allah yang telah mengutus Putra-Nya, Sang Firman yang menjadi manusia, dan diam diantara  kita (Yoh. 1: 14).
Segenap umat Kristiani berharap dan berdoa, “Datanglah, ya Raja Damai” ((Bdk. Yes. 9:5). Harapan dan doa tersebut tentu merupakan kerinduan akan damai sejati yang berasal dari Tuhan, yang senyatanya dirusak oleh perilaku manusia sendiri, antara lain olehtindakan-tindakan intoleran yang mengancam kerukunan hidup bersama; oleh perusakan lingkungan yang sungguh memilukan; oleh korupsi yang merajalela bahkan dilakukan oleh  orang-orang yang seharusnya menjadi panutan masyarakat, oleh narkoba yang menjadi kejahatan social yang merusak manusia dan kemanusiaan.
Pada perayaan Natal ini saya mengajak seluruh umat Kristiani di Indonesia untuk tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai dimana pun berada dan berkarya. Hal itu dapat kita wujudkan antara lain dengan:
Terus mendukung upaya-upaya penegakkan keadilan, baik di lingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas. Hendaklah kita menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggung jawab, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat dan dimana pun Allah mempercayakan diri kita berkarya. Penegakkan keadilan, niscaya diikuti oleh sikap hidup yang berintegritas, disiplin, jujur dan cinta damai.
Terus memberi perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan, pelestarian dan pemulihan lingkungan. Mulailah dari sikap diri yang peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita, penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta generasi penerus kita.
Terus berupaya menjadi pembela kehidupan dengan melawan penyalahgunaan narkoba.
 Semangat cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan modal yang sangat penting untuk menghadapi agenda besar bangsa kita, yaitu Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden-Wakil Presiden tahun 2014 yang akan datang.

Saudari-saudaraku yang terkasih,
Marilah kita rayakan kedatangan-Nya dan kita isi tahun 2014 dengan damai sejati, sambil terus mendaraskan doa Santo Fransiskus dari Asisi ini:

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih
Bila terjadi penghinaan jadikanlah aku pembawa pengampunan

Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,

Tuhan semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
Memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai,
Sebab dengan memberi aku menerima
Dengan mengampuni aku diampuni
Dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya.
Amin

SELAMAT NATAL 2013 DAN TAHUN BARU 2014

Semoga saudara sekalian dilindungi dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin. Salam, doa ‘n Berkah Dalem.

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Semarang

Selasa, 12 Februari 2013

Bapa Suci Paus Benediktus XVI Mengundurkan Diri

Pada tanggal 10 Februari 2013 waktu Vatikan atau 11 Februari 2013 waktu Indonesia,  Paus Benediktus mengumumkan pengunduran dirinya. Di berbagai situs berita internasional kabar pengunduran diri Paus ini mengundang rasa heran dan berbagai pertanyaan muncul.

Namun jika dibaca secara keseluruhan, pengurudan diri Paus Bene
diktus ini dilatarbelakangi oleh kondisi kesehatannya yang semakin menurun. Benediktus mulai menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik tahun 2005. Paus terakhir yang mengundurkan diri adalah Paus Gregorius XII pada tahun 1415.

Berikut adalah isi pidato Paus Benediktus hari ini seperti yang dimuat di Radio Vatikan

Saudara (i) yang saya kasihi,

Saya menghimpun anda sekalian pada konsistori (pertemuan) ini bukan saja untuk tiga kanonisasi tapi juga untuk mengumumkan kepada anda semua akan keputusan yang sangat penting bagi kehidupan Gereja.

Setelah berulang kali memeriksa batin saya di hadapan Tuhan saya akhirnya sampai pada keyakinan bahwa kekuatan saya, yang karena usia yang semakin lanjut, tidak lagi cocok untuk menjalankan tugas pelayanan yang diwarikan oleh St Petrus ini.

Saya sangat sadar akan pelayanan ini, karena esensi spiritualnya, harus dijalankan bukan saja dengan kata-kata dan perbuatan, tapi juga dengan doa dan penderitaan.

Namun dalam zaman sekarang ini, yang selalu mengalami banyak perubahan dan ditantang oleh pertanyaan-pertanyaan yang sangat berkaitan dengan kehidupan iman, demi menjaga tahta Santo Petrus dan penyebaran Injil, baik kekuatan pikiran maupun fisik sangat diperlukan, kekuatan yang selama beberapa bulan terakhir dalam diri saya sudah melemah sehingga saya harus mengakui ketidakberdayaan saya untuk menjalankan misi yang dipercayakan kepada saya ini secara penuh.

Atas alasan itu dan sadar akan dampak serius dari keputusan ini, dengan kebebasan yang penuh saya mengumumkan bahwa saya tidak lagi melanjutkan pelayanan sebagai Uskup Roma, Pewaris Tahtas St Petrus, yang dipercayakan kepada saya oleh para Kardinal pada 19 April 2005, yang mana bahwa pada tanggal 28 Februari 2013, jam 20:00, Tahta Suci, Tahta Santo Petrus, akan kosong dan suatu Konklaf untuk memilih Paus baru akan dilaksanakan oleh mereka yang berkompeten.

Saudara (i) yang saya kasihi, saya mengucapkan terima kasih atas segala cinta dan kerja yang sudah kalian tunjukkan untuk mendukung saya dalam pelayanan saya dan saya meminta maaf atas segala kekurangan saya.

Dan sekarang, mari kita percayakan Gereja Kudus ini ke dalam penyelenggaraan Sang Gembala Utama, Tuhan Kita Yesus Kristus dan memohon kepada Bunda Maria, sehingga ia menuntun para Kardinal dengan semangat keibuannya, dalam memilih Paus yang baru. Mengenai diri saya, saya akan tetap mempersembahkan diri saya utuk pelayanan Gereja Kudus di masa mendatang melalui kehidupan yang khusus didedikasikan untuk berdoa.

Vatikan, 10 Februari 2013

Paus Benediktus XVI


Sumber: http://indonesia.ucanews.com/2013/02/11/paus-benediktus-mengundurkan-diri-ini-pidato-selengkapnya/

Jumat, 29 April 2011

Ya Tuhanku dan Allahku!

I. Dia sudah bangkit

Setelah kita merayakan Triduum – Kamis Putih, Jumat Suci dan malam Paskah – maka bersinarlah lilin-lilin di dalam Gereja dan bunyi lonceng berdentang dengan indahnya. Dan setelah 40 hari tidak mendengar senandung Haleluya, maka senandung “Alleluia” begitu penuh makna, seolah-olah seluruh isi bumi dan Sorga bersorak-sorak menyatakan “Terpujilah Tuhan“.



Minggu kedua Paskah ini menyatakan kembali pujian kepada Tuhan, karena Kristus telah bangkit. Pengalaman akan Kristus yang bangkit memberikan kekuatan dan menghapus segala kekuatiran. Itulah yang dialami oleh para rasul. Namun, rasul Tomas yang tidak bertemu dengan Yesus yang bangkit menyatakan keraguannya. Untuk menghapus keraguan Tomas, Kristus berkenan menampakkan Diri kepada para rasul, termasuk kepada Tomas. Percakapan antara Yesus dan Tomas memberikan kekuatan kepada kita semua, yang juga sering meragukan Allah, sering memberikan syarat-syarat kepada Allah, dan sering mengukur iman dari perasaan dan apa yang terlihat masuk akal menurut pendapat kita. Hanya dengan iman yang teguh akan Kristus yang menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga, maka kita dapat turut serta mewartakan Kristus dan menyerukan kembali, “Dia sudah bangkit!

II. Bacaan Minggu kedua Paskah

Bacaan minggu ke dua Paskah ini mengambil bacaan dari Kis 2:42-47; Mzm 118:2-4, 13-15, 22-24; 1Pet 1:3-9; Yoh 20:19-31. Bacaan-bacaan ini membawa kegembiraan pesan bahwa Yesus telah bangkit dan pesan bahwa kita juga harus mempercayainya. Secara khusus, kita akan menyoroti salah satu rasul, yaitu Rasul Tomas, yang hanya mau percaya jika dia melihat dan mencucukkan jarinya ke luka- luka Yesus. Berikut ini adalah bacaan dari Yoh 20:19-31:
19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
21 Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh

Jumat, 18 Maret 2011

Transfigurasi, oasis di padang gurun kehidupan menuju ke Tanah Terjanji

I. Tempat perhentian yang memberikan semangat untuk meneruskan perjalanan

Pada waktu kami tinggal di Amerika, kami diajak berlibur ke beberapa tempat wisata di Amerika oleh keluarga sepupu kami di mana kami menumpang. Sepupu kami mengatakan bahwa jangan sampai tinggal di Amerika namun tidak pernah melihat keindahan negara tersebut dan hanya menjadi ‘kutu buku’ alias belajar saja. Akhirnya, kami sepakat untuk turut bersama mereka ke Grand Canyon di negara bagian Arizona. Karena kami tinggal di negara bagian Wisconsin, maka untuk menuju tujuan akhir ini, kami harus melewati 4 negara bagian, yang berarti untuk diperlukan 1 hari 10 jam di dalam mobil. Di tengah-tengah perjalanan setelah bermalam di suatu tempat, akhirnya kami singgah di suatu tempat yang sungguh menakjubkan, yaitu Badlands di negara bagian South Dakota. Pemandangan deretan pegunungan yang tandus namun terbentuk dari lapisan-lapisan, terlihat seperti kue lapis legit, sungguh mencengangkan dan mendatangkan kekaguman. Badan yang lelah akibat perjalanan panjang terasa sirna melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan ini. Tidak henti-hentinya, hati mengucapkan syukur atas kebesaran Tuhan dan kata-kata kekaguman terhadap keindahan alam ini kami ucapkan terus menerus. “Betapa besarnya Engkau, Tuhan! How great Thou art!” Namun, tiba-tiba sepupu kami mengatakan, “Tunggu, sampai kamu melihat Grand Canyon.” Wow? Jadi masih ada yang lebih indah lagi? Rasanya hati ini tidak sabar untuk sampai ke Grand Canyon. Namun ini berarti kami harus menunggu (dan bergantian menyetir) lagi selama 21 jam untuk dapat menyaksikan keindahannya. Namun, semua jerih payah ini tidaklah terlalu berarti sebab saya mengingat bahwa ada tempat yang lebih indah dari Badlands yang dapat saya nikmati, yaitu Grand Canyon – yaitu Badlands dalam skala yang lebih besar dan lebih indah.
Mungkin itu adalah gambaran yang tidak sempurna tentang apa yang terjadi pada saat Transfigurasi, yang menjadi bacaan minggu ke-dua di masa Prapaskah. Pada waktu itu, para murid sungguh sangat terkejut dan mungkin sedih, karena ternyata Sang Guru, Sang Mesias menceritakan kepada mereka bahwa Dia harus menderita dan mati. Untuk menghibur para murid inilah, Kristus seolah-olah memberikan harapan melalui peristiwa Transfigurasi, dengan mengatakan, “Aku sungguh Allah dengan segala kemuliaan yang telah engkau lihat sendiri …., walaupun Aku harus melewati jalan kematian yaitu jalan salib. Namun, dengan kematian-Ku, maka kemuliaan-Ku akan dinyatakan secara sepenuhnya.  Jumat Suci akan diikuti oleh Minggu Paskah. Dan aku mengundang engkau untuk mengikuti jalan-Ku, sehingga engkau juga dapat menikmati kemuliaan bersama-Ku untuk selama-lamanya. Namun, engkau juga harus mengambil jalan yang Aku ambil.

II. Bacaan minggu ke-2 Masa Prapaskah

Dalam bacaan minggu pertama (Mt 4:1-11), kita melihat bagaimana Kristus dicobai padang gurun dan Kristus mengalahkan kekuasaan si jahat (silakan melihat artikel ini – klik ini). Dalam surat gembala prapaskah kepausan tahun 2011 (baca lengkapnya di sini – silakan klik), Paus Benediktus XVI mengatakan:
Hari Minggu Pertama Masa Prapaskah mengungkapkan keberadaan kita sebagai manusia yang hidup di bumi ini. Kemenangan dari perjuangan melawan penggodaan yang menjadi titik awal perutusan Yesus, haruslah menjadi ajakan bagi kita untuk